Sabtu, 13 Oktober 2012

Syahidah


ABSURDITAS  BUAH  TERLARANG

Bhineka Tunggal Ika ! 

      Mungkin itulah slogan yang harus dikumandangkan kembali untuk negeri dengan situasi seperti sekarang ini, dimana integritas yang dulu merupakan kebanggaan republik ini, sekarang sedang diuji dengan hilangnya kepercayaan pada kebhinekaannya, seperti kehendak individu yang fitrah integritasnya terdiri dari unsur ruh (cahaya), nafs (jiwa) dan jasad (raga)......., integritasnya telah terlanjur menuruti hawa-nafs-nya,  dan sekarang telah sampai pada kondisi“syakaratulmaut” masing-masing unsur itu telah terindikasi untuk saling berpisah dan berusaha untuk saling membinasakan demi menyelamatkan diri nya masing-masing! 

      Tapi apapun yang terjadi........, bunuh diri adalah dosa adalah pengkhianatan yang menumbuhkan luka sejarah, sedangkan bertahan hidup adalah ibadah, baik hidup dalam arti setelah matinya nanti (syahid), yaitu ketika jasad telah kembali jadi bagian dari unsur tanah dan unsur air yang tidak lagi bertuan tapi akan tetap diperebutkan para cukong dan kapitalis yang tumbuh subur bagai benalu disetiap peloksok negeri. 

       Jiwa (sejarah) yang terluka akan tetap bertahan hidup mempertahankan kesatuan dan persatuan dalam bernegara dan berbangsa, berusaha untuk tetap berjuang sembuh walau harus ada bagian-bagian yang diamputasi. Adalah jalan menuju keselamatan bersama, kedamaian dalam manifestasi perang melawan multi penyakit yang mengancam integritas bangsa. Apakah itu kanker yang diakibatkan dari dalam dirinya sendiri akibat pola konsumtif yang salah........., dan telah berbuah leukemia ganas yang mengancam. Atau penyakit yang datang dari luar akibat intervensi negara-negara yang berusaha mencuri, melukai dan menyalakan api republik untuk statusquo mereka yg tersembunyi........., demi dapur-dapur industri (ekonomi) mereka agar tetap menyala dan berasap!

       Sungguh, apa yang terjadi di negeri ini sekarang ini adalah adzab, adalah peringatan kepada para pengelola negeri supaya sadar, bahwa peranan mereka dan peranan bapak-bapak mereka di masa sekarang dan masa-masa yang telah berlalu........., baik mereka yang berperan jelas didepan layar atau yang berperan tidak jelas dibelakang layar........., agar cepat sadar berbenah, bersiap mengulang dan menanggung  karma syajarah yang diwariskan bapak manusia Adam a.s. 

       Yaitu dengan bertaubat untuk segera kembali pada fitrahnya sebagai khalifah dan risyalah-Nya di muka bumi,,,,,,,,,,, supaya ditegakan seadil-adilnya hingga terbentang jembatan pemisah antara pemimpin dan yang dipimpinnya (rakyat) dengan pasti, yaitu jembatan pemisah antara siapa yang benar dan siapa yang bersalah......, bukan sekedar retorika politik dan janji-janji yang tak pernah pasti, kecuali makin melebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. 

       Ya, kanker itu telah membuat erosi berbangsa dan bernegara makin melebarkan jurang yang menggangga selebar luka serta menghancurkan jembatan rapuh yang ada pada antara keduanya, mengalirkan darah bercampur nanah.....dan alangkah bau busuknya. Tapi luka yang tertanam di dalam jiwa para pendiri republik ini......., lebih menyakitkan dari sekedar inkubasi kuman yang membuat letusan magma-magma dan menyeruakan benih-benih menakutkan dari dasar perut bumi!
Karena mereka yang lama hilang........, pada kenyataannya masih tergadai dalam hutang-hutangnya, adalah jiwa-jiwa yang terkapar pada antara langit dan bumi, kini mereka bangkit untuk tujuannya yang pasti! 

       Penebusan........, adalah tujuan (harapan) untuk hidup kekal abadi dan negara yang tak akan binasa!
        
      Sungguh rakyat republik ini pernah tersentuh dengan teori (konsep) ekonomi kerakyatan beberapa tahun yang lalu, dimana para pihak pengelola keuangan (Bank) bersedia mencairkan kredit untuk para pengusaha kecil dan menengah, sehingga kepedulian pemerintah itu adalah harapan rakyat tentang (mungkin?) telah sadarnya para elit politik (pemerintah) untuk lebih memperhatikan pengusaha kecil (rakyat) yang dinilai lebih tanggguh karena tidak tersentuh krisis..........., dibandingkan para pengusaha (pejabat) besar yang hanya pandai ber KKN.

        Maka rakyat (pengusaha) kecil itu menyambut harapan itu!

    Dengan berhutang kesana kemari mereka berusaha melengkapi persyaratannya, mengurus surat-surat (perizinan), jenis usaha yang akan dikembangkan juga angunan. Tapi apa kenyataannya setelah semua persyaratan dipenuhi.........., tak ada bank pemerintah yang mau memenuhinya, seolah semua persentasi yang mereka sosialisasikan hanya untuk seremonial belaka. 
Pegawai (oknum) bank pemerintah itu menisyaratkan supaya rakyat meminjam modal (kredit) kepada lembaga-lembaga keuangan (rentenir) yang tentunya telah dilegitimasi undang-undang, padahal rakyat bisa bertahan hidup  berkat  para rentenir gelap yang notabene orang-orang itu juga. Bedanya mewakili lembaga dimana dirinya bekerja atau mewakili dirinya sendiri.

       Memang ironis dengan apa yang terjadi direpublik ini, sementara sekelompok orang,  baik yang mewakili lembaga legal atau ilegal, dengan ramai menawarkan jasa permodalan, di sisi lain orang atau sekelompok orang menjerit karena kekurangan modal. 

       Demikian adalah tanda-tanda telah dekatnya “qiyaamah” seperti yang diramalkan para pujangga spiritual di negeri ini ;

           Tahun ’3 adalah tiga orang pemuda pada masa tiga orde kegelapan, dimana Allah menangguhkan penerimaan tobat mereka, karena mereka lebih mencintai diri mereka sendiri dari pada melunasi hutang-hutang sejarah, mengikuti sunnah rasul atau karma bapak dan nenek moyang mereka para pendiri negeri ini, adalah yang seharusnya mereka melunasinya dan mengikuti sunnahnya.

         Mereka tidak mengevaluasi bagaimana bapak dan nenek moyang mereka itu berjuang pada masa pra pergerakan nasional, atau pada masa pergerakan nasional............, mereka tidak mengambil pelajaran dari bapak dan nenek moyang mereka yang berjuang hanya untuk satu tujuan merdeka. 

             Tapi atas nama perjuangan mereka demi mensejahterakan rakyat, kenyataannya mereka hidup berleha-leha, sehingga LIPI-pun hanya mampu mencetak para komentatator dan  propokator yang berbicara entah untuk tujuan apa........., dan mengapa? Membuat republik ini semakin sulit menemukan orang yang bisa dipercaya. Maka tahun ke ’3 itu bumi akan terasa semakin sempit. 

            Tiga pemuda itu akan terjebak dalam gua yang tertutup batu besar yang jatuh karena erosi. Tak ada harapan untuk selamat..........., untuk keluar dari krisis multi dimensi. Menghadapi kecemasan “syakaratulmaut” tiga pemuda bercerita tentang kebaikian-kebaikan yang pernah mereka lakukan selama hidup mereka, setiap kali selesai bercerita, pintu gua itu bergeser sehingga ketika mereka bertiga selesai bercerita tentang kebaikan-kebaikan yang pernah mereka lakukan, terbukalah batu yang menutupi gua itu........, dan republik ini akan masuk tahun ke '4 dimana  menghadang empat kali sumpah atas nama Allah tentang siapa yang sebenarnya bersalah, suami yang menuduh istrinya berjinah, atau rakyat yang sebenarnya dizalimi para pemimpinnya?! 

            Maka tunggulah sumpah ke lima di tahun ke ’5, sungguh laknat Allah akan ditimpakan kepada siapa yang sebenarnya berdusta!


Laailaahailallah.........!

            Adalah istilah lain dari kalimat Bhineka Tunggal Ika, merupakan slogan (motto) yang bagi sebagian orang yang kurang akalnya terasa sekali perbedaannnya, tapi sesungguhnya mengisyasratkan (menuju) makna yang sama, yakni apabila ; ilah-ilah itu merupakan urgensi yang bersipat pribadi atau kelompok harus ditiadakan demi tujuan yang dicita-citakan bersama, yakni tujuan hanya mencari keridhaan Allah (Tuhan) semata!  


           Penanaman P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang didoktrinkan pada masa pemerintahan Orde Baru, ternyata tidak membuahkan hasil dengan terbentuknya manusia-manusia pancasialis karena telah mengabaikan bahasa kaumnya sehingga masyarakat republik yang mayoritas berkultur Islam tetap berasumsi bahwa agama adalah Arabisme, sehingga ketika memaknai istilah Sansakerta (Hindu), mereka akan cenderung menolak daripada berpikir pada esensinya..............,  yang  mengisyaratkan bahwa“Yang Banyak Itu Adalah Itu” Jadi tak ada alasan untuk kita untuk tidak saling  percaya! 


              Seorang  pancasialis sejati adalah seorang muslim sejati!